Selasa, 29 November 2016

ANALISIS PUISI "SURAT KEPADA BUNDA" KARYA W.S. RENDRA



 ANALISIS PUISI "SURAT KEPADA BUNDA" KARYA W.S. RENDRA

Yolenta Elsa Ambon


Surat Kepada Bunda:
Tentang Calon Menantunya

Mamma yang tercinta,
akhirnya kutemukan juga jodohku
seseorang yang bagai kau
sederhana dalam tingkah dan bicara
serta sangat menyayangiku.

Terpupuslah sudah masa-masa sepiku.
Hendaknya berhenti gemetar rusuh
hatimu yang baik itu
yang selalu mencintaiku.
Kerna kapal yang berlayar
telah berlabuh dan ditambatkan.
Dan sepatu yang berat serta nakal
yang dulu biasa menempuh
jalan- jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara,
kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah
yang tenteram, jinak, dan sederhana.

Mamma,
Burung Dara jantan yang nakal
yang sejak dulu kau piara
kini telah terbang dan telah menemu jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
dan  tiada akan pulang
buat selama-lamanya.

Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
Jangan kau cemburu.
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti:
pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi.

Begitu kata alam. Begitu kau mengerti:
Bagai dulu bundamu melepas kau
kawin dengan ayahku. Dan bagai
bunda ayahku melepaskannya
untuk mengawinimu.
Tentu sangatlah berat
Tetapi itu harus. Mamma!
Dan akhirnya takkan begitu berat
apabila telah dimengerti
apabila telah disadari.

Hari Sabtu yang  akan datang
aku akan membawanya kepadamu.
Ciumlah kedua pipinya
berilah tanda salib di dahinya
dan panggillah ia dengan kata: Anakku!

Bila malam telah datang
kisahkan  padanya
riwayat para leluhur kita
yang ternama dan perkasa.
Dan biarkan ia nanti
tidur di sampingmu.

Ia pun anakmu.
Sekali waktu nanti
ia akan melahirkan cucu-cucumu
Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu.
Dan kepada mereka
ibunya akan bercerita
riwayat yang baik tentang nenek mereka:
bunda bapak mereka.

Ciuman abadi
dari anak lelakimu yang jauh,

Willy


Karya W.S. Rendra

 


HASIL ANALISIS PUISI “SURAT KEPADA BUNDA:
TENTANG CALON MENANTUNYA”
KARYA W.S. RENDRA

A.    Struktur Fisik Puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya” Karya W.S Rendra
1.      Diksi (Pemilihan Kata)
Kata-kata yang dipilih W.S Rendra dalam Puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya” didominasi oleh kata-kata yang sederhana, kata-kata yang seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata tersebut telah dikenal oleh khalayak, hanya saja diberi makna baru oleh penulis sesuai dengan konteksnya. Cara penulis  mengkolaborasikan  kata-kata tersebut berdampak pada puisi yang terkesan indah. Adapun penggunaan kata-kata konotasi dalam puisi tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada kata dan frasa berikut; gemetar rusuh, berlabuh, ditambatkan, sepatu yang berat, kerna kapal, jalan- jalan yang mengkhawatirkan , sandal rumah, jinak, Burung Dara jantan , kandang, kata alam, Ciuman abadi.
Susunan kata-kata dalam puisi ini ada yang dimulai dengan nama orang (perhatikan bait 1, 3, 4, dan 8). Adapun yang dimulai dengan keterangan waktu (perhatikan bait 6).
Kata- kata yang digunakan dalam puisi ini memiliki daya sugesti tersendiri. Kata-kata tersebut memberi sugesi kepada pembaca untuk merasa terharu.
Untuk kesan penghargaan yang tinggi kepada kekasihnya, Rendra melukiskan kekasinya seperti pada baris puisi yang dicetak tebal berikut ini:
(bait 1)
Mamma yang tercinta,
akhirnya kutemukan juga jodohku
seseorang yang bagai kau
sederhana dalam tingkah dan bicara
serta sangat menyayangiku.

Untuk menyugesti pembaca terhadap kesan kelegahan terhadap suatu hal yang dicapainya, Rendra melukiskannya melalui kata-kata bercetak tebal pada bait berikut ini:

(bait 2)
Terpupuslah sudah masa-masa sepiku.
Hendaknya berhenti gemetar rusuh
hatimu yang baik itu
yang selalu mencintaiku.
Kerna kapal yang berlayar
telah berlabuh dan ditambatkan.
Dan sepatu yang berat serta nakal
yang dulu biasa menempuh
jalan- jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara,
kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah
yang tenteram, jinak, dan sederhana.

(bait 3)
Mamma,
Burung Dara jantan yang nakal
yang sejak dulu kau piara
kini telah terbang dan telah menemu jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
dan  tiada akan pulang
buat selama-lamanya.
Untuk menyugesti pembaca bahwa ada keyakinan dalam dirinya  terhadap suatu hal yakni jodoh dan ia menginginkan keyakinan tersebut direstui oleh Sang Mamma, maka Rendra menggunakan kata-kata bercetak tebal pada bait berikut ini.
(bait 4)
Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
Jangan kau cemburu.
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti:
pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi.

(bait 5)
Begitu kata alam. Begitu kau mengerti:
Bagai dulu bundamu melepas kau
kawin dengan ayahku. Dan bagai
bunda ayahku melepaskannya
untuk mengawinimu.
Tentu sangatlah berat
Tetapi itu harus. Mamma!
Dan akhirnya takkan begitu berat
apabila telah dimengerti
apabila telah disadari.



Untuk mengungkapkan harapan-harapan yang baik kepada Sang Mamma tentang jodohnya dan meyakini akan kehidupan keluarga yang membahagiakan kelak, Rendra menggunakan kata-kata bercetak tebal berikut ini:
(bait 6)
Hari Sabtu yang  akan datang
aku akan membawanya kepadamu.
Ciumlah kedua pipinya
berilah tanda salib di dahinya
dan panggillah ia dengan kata: Anakku!

(bait 7)
Bila malam telah datang
kisahkan  padanya
riwayat para leluhur kita
yang ternama dan perkasa.
Dan biarkan ia nanti
tidur di sampingmu.

(bait 8)
Ia pun anakmu.
Sekali waktu nanti
ia akan melahirkan cucu-cucumu
Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu.
Dan kepada mereka
ibunya akan bercerita
riwayat yang baik tentang nenek mereka:
bunda bapak mereka.

2.      Pengimajian
Pengimajian yang digambarkan dalam puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya” Karya W.S Rendra.
a)      Visual
Imaji visual dalam puisi tersebut terdapat dalam kata-kata bercetak tebal pada bait berikut ini:
 (bait 1)
Mamma yang tercinta,
akhirnya kutemukan juga jodohku
seseorang yang bagai kau
sederhana dalam tingkah dan bicara
serta sangat menyayangiku.

(bait 2)
Terpupuslah sudah masa-masa sepiku.
Hendaknya berhenti gemetar rusuh
hatimu yang baik itu
yang selalu mencintaiku.
Kerna kapal yang berlayar
telah berlabuh dan ditambatkan.
Dan sepatu yang berat serta nakal
yang dulu biasa menempuh
jalan- jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara,
kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah
yang tenteram, jinak, dan sederhana.

(bait 7)
Bila malam telah datang
kisahkan  padanya
riwayat para leluhur kita
yang ternama dan perkasa.
Dan biarkan ia nanti
tidur di sampingmu.
b)      Auditif
Imaji auditif dalam puisi tersebut terdapat dalam kata-kata bercetak tebal pada bait berikut ini:
bait 1)
Mamma yang tercinta,
akhirnya kutemukan juga jodohku
seseorang yang bagai kau
sederhana dalam tingkah dan bicara
serta sangat menyayangiku.

(bait 6)
Hari Sabtu yang  akan datang
aku akan membawanya kepadamu.
Ciumlah kedua pipinya
berilah tanda salib di dahinya
dan panggillah ia dengan kata: Anakku!

(bait 8)
Ia pun anakmu.
Sekali waktu nanti
ia akan melahirkan cucu-cucumu
Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu.
Dan kepada mereka
ibunya akan bercerita
riwayat yang baik tentang nenek mereka:
bunda bapak mereka.

c)      Taktil
Imaji taktil dalam puisi tersebut terdapat dalam kata-kata bercetak tebal pada bait berikut ini:
bait 1)
Mamma yang tercinta,
akhirnya kutemukan juga jodohku
seseorang yang bagai kau
sederhana dalam tingkah dan bicara
serta sangat menyayangiku.

(bait 2)
Terpupuslah sudah masa-masa sepiku.
Hendaknya berhenti gemetar rusuh
hatimu yang baik itu
yang selalu mencintaiku.
Kerna kapal yang berlayar
telah berlabuh dan ditambatkan.
Dan sepatu yang berat serta nakal
yang dulu biasa menempuh
jalan- jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara,
kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah
yang tenteram, jinak, dan sederhana.

(bait 4)
Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
Jangan kau cemburu.
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti:
pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi.

3.      Kata Konkret
W.S Rendra dalam puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya” menggunakan beberapa kata konkret untuk membangkitkan imaji pembaca. Untuk memkonkretkan sosok calon menantu yang dimaksudkan, Rendra mengungkapkannya dengan kata-kata konkrer berikut:
seseorang yang bagai kau
sederhana dalam tingkah dan bicara
serta sangat menyayangiku.

Untuk menggambarkan suasana hati Mamma terhadap  anaknya, baik suasana hati yang mengkhawatirkan maupun suasana hati yang penuh kasih sayang , Rendra menggunakan kata-kata konkret berikut ini:
                       
Hendaknya berhenti gemetar rusuh
hatimu yang baik itu
yang selalu mencintaiku.
Untuk menggambarkan suatu perubahan dalam hidup, dari perjalanan hidup yang tak cukup baik menuju perjalanan hidup yang menentramkan , Rendra menggunakan kata-kata konkret berikut:
                       
Dan sepatu yang berat serta nakal
yang dulu biasa menempuh
jalan- jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara,
kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah
yang tenteram, jinak, dan sederhana.

Untuk menggambarkan diri penulis sebagai seorang anak laki-laki yang nakal, Rendra menggunakan kata-kata:
...
Burung Dara jantan yang nakal



            Untuk menggambarkan rumah milik orang tua (Mamma), rendra menggunakan kata :
                       
                        Ia telah meninggalkan kandang yang kaubuat

Untuk menggabarkan rasahormat dan kasih sayang yang mendalam dari seorang anak terhadap Ibu, Rendra menggunakan frasa berikut:

            Ciuman abadi
           
4.      Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif yang diguakan Rendra dalam puisinya berupa beberapa kiasan atau gaya bahasa dan perlambangan. Rendra menggunakan beberapa kiasan atau gaya bahasa dalam puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya”.
a.       Perbandingan atau Simile
(bait 1)
seseorang yang bagai kau
(bait 5)
Bagai dulu bundamu melepas kau
kawin dengan ayahku. Dan bagai
bunda ayahku melepaskannya
untuk mengawinimu.
b.      Metafora
 (bait 2)
Kerna kapal yang berlayar
telah berlabuh dan ditambatkan.
Dan sepatu yang berat serta nakal
yang dulu biasa menempuh
jalan- jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara,
kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah
yang tenteram, jinak, dan sederhana.

(bait 3)
Burung Dara jantan yang nakal

                        Selain kiasan atau gaya bahasa, terdapat beberapa perlambangan yang digunakan Rendra untuk memperjelas makna dan membuat suasana sajak menjadi lebih jelas, sehingga dapat menggugah hati pembaca. Untuk menggambarkan suasana penuh gelisah, maka digunakan lambang “hendaknya berhenti gemetar rusuh”. Untuk menggambarkan suatu keadaan yang pasti dan tak dapat dielakan, digunakan lambang “Begitu kata alam. Begitu kau mengerti”. Untuk menggambarkan suasana kemesraan antara anak dan mama, digunakan “ciuman abadi”. Selain lambang suasana, Rendra juga menggunakan lambang benda untuk menggambarkan dirinya. Perhatikan kata dan frasa yang ditebalkan tulisannya.
                        (bait 2)
Kerna kapal yang berlayar
telah berlabuh dan ditambatkan.
Dan sepatu yang berat serta nakal
yang dulu biasa menempuh
jalan- jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara,
kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah
yang tenteram, jinak, dan sederhana.

(bait 3)
Burung Dara jantan yang nakal
Rendra juga menggunakan lambang “ kandang” untuk menyatakan “rumah”. Selain itu, lambang  “tanda salib” untuk menyatakan “berkat atau karunia”.





5.      Versifikasi
Pengulangan bunyi dalam puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya” membentuk musikalitas puisi tersebut. Perhatikan bait pertama puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya”
Mamma yang tercinta,
akhirnya kutemukan juga jodohku
seseorang yang bagai kau
sederhana dalam tingkah dan bicara
serta sangat menyayangiku.

Pada bait tersebut bunyi vokal a mendominasi, jika dibandingkan dengan bunyi-bunyi vokal/ asonansi lainnya. Pengkombinasian bunyi-bunyi vokal a dengan bunyi-bunyi vokal lainnya (e, i, u, o) disertai pula dengan bunyi sengau (m, n, ng, ny) dan bunyi konsonan bersuara/voiced (b, d, g, j) menjadikan bait tersebut berbunyi merdu dan berirama  (efoni). Bunyi yang merdu memperlihatkan perasaan kasih sayang. Berdasarkan sajak dalam puisi tersebut dapat dimaknai bahwa terdapat kasih sayang dan penghormatan seorang anak terhadap ibunya. Dalam hal ini, kekasih hati sang anak dideskripsikan seperti sosok Mamma, Mamma yang sederhana dan penuh kasih sayang.
Pengulangan kata dalam puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya” terlihat dalam penggalan bait berikut ini
(bait 5)
Begitu kata alam. Begitu kau mengerti:
Bagai dulu bundamu melepas kau
kawin dengan ayahku. Dan bagai
bunda ayahku melepaskannya
untuk mengawinimu.
Tentu sangatlah berat
Tetapi itu harus. Mamma!
Dan akhirnya takkan begitu berat
apabila telah dimengerti
apabila telah disadari.

Pengulangan pada kata dan frasa begitu, bagai, dan apabilah telah memberi efek analitik terhadap keadaan yang dimaksud penulis. Selain itu, pengulangan tersebut juga bermakna menegaskan kata atau kalimat yang diucapkan sebelumya. Hal ini terlihat pada “apabila telah dimengerti/apabila telah disadari”.

6.      Tata Wajah (Tipografi)
Puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya” terdiri dari Sembilan bait. Setiap bait terdiri dari 2-13 baris. Setiap baris terdiri dari 1-7 kata. Posisi puisi memenuhi tepi kiri baris buku. Jumlah kata-kata tiap baris dan jumlah baris bait  memperlihatkan adanya variasi dalam penampilan fisik bait puisi. Tampilan yang bervariasi pada setiap bait tidak memudarkan keterkaitan dan keterikatan makna dan maksud antarbait, sehingga makna puisi secara keseluruhan tetap terjaga.
Dalam puisi ini terlihat secara gamblang adanya penyimpangan sintaksis dalam penulisannya, seperti; ketidakdisiplinan penggunaa tanda titik. Terdapat beberapa kalimat dalam sebuah larik yang diakhiri tanda titik untuk mengakhiri kalimat, tetapi terdapat pula kalimat yang tidak diakhiri tanda titik untuk mengakhiri suatu kalimat, sementara kalimat berikutnya dimulai dengan huruf kapital. Adapun penggunaan tanda seru (!) pada kata “Mamma!” dan “Anakku!” dengan tujuan mempertegas maksud penulis.


















B.     Struktur Batin Puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya” Karya W.S Rendra
1.      Tema
Tema mayor puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya”adalah percintaan. Secara lebih spesifik tema yang terdapat dalam puisi tersebut adalah cinta secara total. Cinta secara total seorang pria terhadap wanita, wanita yang adalah ibunya juga wanita lain yang adalah jodohnya.

2.      Perasaan (feeling)
Perasaan Rendra yang tergambar dalam puisi tersebut adalah perasaan cinta, syukur dan hormat terhadap wanita, baik wanita sebagai ibunya maupun wanita sebagai jodohnya. Perasaan cinta dan hormat dapat diamati pada penggalan bait puisi “Surat Kepada Bunda: Tentang Calon Menantunya” yang memperlihatkan penulis menyanjungi sosok kedua wanita yang dimaksudnya.
(bait 1)
Mamma yang tercinta,
akhirnya kutemukan juga jodohku
seseorang yang bagai kau
sederhana dalam tingkah dan bicara
serta sangat menyayangiku.

Perasaan syukur tergambar melalui penggalan kata-kata kiasan dalam bait berikut
Terpupuslah sudah masa-masa sepiku.
Hendaknya berhenti gemetar rusuh
hatimu yang baik itu
yang selalu mencintaiku.
Kerna kapal yang berlayar
telah berlabuh dan ditambatkan.
Dan sepatu yang berat serta nakal
yang dulu biasa menempuh
jalan- jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara,
kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah
yang tenteram, jinak, dan sederhana.

Mamma,
Burung Dara jantan yang nakal
yang sejak dulu kau piara
kini telah terbang dan telah menemu jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
dan  tiada akan pulang
buat selama-lamanya.

Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
3.      Nada dan Suasana
Dalam menulis puisi ini, penyair memiliki sikap lugas. Artinya, penyair mengungkapkan rasa kagum, cinta, syukur, dan hormat kepada kaum wanita (Mamma dan jodoh) dengan seadanya, tanpa basa-basi atau mengada-ada.  Nada yang diperlihatkan penyair dalam puisi tersebut menghadirkan suasana haru dan menggembirakan, serta menyejukan hati pembaca.

4.      Amanat atau Pesan
Meminta restu seorang Ibu untuk melakukan suatu hal akan berakhir dengan bahagia. Kita semestinya bersikap terbuka sebagaimana yang digambarkan penyair dalam puisi, memperkenalkan  jodoh kepada orang tua agar diberkati dan sebagai orang tua semestinya bersikap terbuka juga untuk menerima perubahan dalam hidup takkala anak telah memiliki pasangan hidup dan akan menjalani kehidupan baru dengan jodohnya sehingga terjadi perubahan yang cukup besar. Perubahan inilah yang semestinya ditanggapi dengan sikap terbuka dan mau menerima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar